BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Defenisi Darah
Suatu jaringan tubuh
yang terdapat dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu
keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya O2 dan CO2 didalamnya.
darah yang mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya O2 dalam
darah diambil dengan jalan bernapas, dan
zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran / metabolisme dalam tubuh.
Darah selamanya beredar
dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung dan selama darah berada
dalam pembuluh darah maka akan tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka
akan tetap encer, tapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi
beku.
Pemberian ini dapat
dicegah dengan jalan mencampurkan kedalam darah tersebut sedikit obat anti
pembekuan /sitras natrikas. Dan keadaan ini sangat berguna apabila darah
tersebut diperlukan untuk transfusi darah.
Seperti tumbuh –
tumbuhan dan binatang, tubuh kita terdiri dari sel – sel. Jumlah sel – sel itu
banyak sekali. Tidak dapat dihitung karena banyaknya. Bentuk sel – sel itu kita
harus mempergunakan mikroskop. Sepotong daging yang besar besarnya 3 cm persegi
terdiri dari 50.000 sel lebih.
Sel – sel itu hidup.
Karena hidup maka sel – sel itu membutuhkan makanan dan dapat berkembang biak.
Makanan berasal dari makanan yang kita makan setiap hari. Pembiakan sel – sel
menyebabkan tubuh anak – anak menjadi besar. Jumlah sel – sel yang ada
ditubuhnya makin lama makin banyak.
Dengan demikian anak – anak tumbuh menjadi dewasa.
Salah satu jaringan
yang sangat penting bagi hidup kita ialah darah. Hidup atau mati kita
ditentukan adanya darah dalam tubuh kita. Jumlah seluruh darah kita kurang
lebih 6 persen dari seluruh berat badan. Angka nisbi itu akan lebih kecil pada
orang gemuk dan lebih besar pada orang kurus.
Mungkin ada yang
mengira, darah sebagian terbesar terdiri dari air. Hal itu disebabkan karena
darah merupakan benda cairan. Sebetulnya darah hanya mengandung sedikit lebih
banyak air dari pada bagian tubuh yang lunak lainnya. 75 persen dari otot –
otot kita berdiri dari air. Hati mengandung 70 persen air. Buah pinggang dan
otak mengandung air lebih kurang 80 persen. Sedangkan darah yang cair
mengandung hanya 80 persen air juga.
Air larut bukanlah air
murni, banyak zat – zat yang larut dalamnya. Jumlahnya kira – kira 3 persen.
Yang terbanyak ialah garam. Darahpun juga mengandung garan dan zat – zat
lainnya. Jika dikeluarkan sel – sel hidup yang ada dalam darah, sisanya
merupakan cairan yang bernama plasma. Plasma darah 90 – 92 persennya terdiri
dari air. Sedangkan air laut kurang lebih 97 persennya.
Fungsi darah diantaranya :
1.
Sebagai alat pengangkut yaitu :
a.
Mengambil O2 / zat pembakaran
dari paru – paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
b.
Mengangkat CO2 dan jaringan
untuk dikeluarkan melalui paru – paru.
c.
Mengambil zat – zat makanan dari usus
halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan /alat tubuh tubuh.
d.
Mengangkat / mengeluarkan zat – zat yang
tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2.
Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan
bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantaraan
leukosit, antibodi / zat – zat anti racun.
3.
Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Pada
akhir perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan genetika golongan darah sehingga
dapat menjadi sumber pengetahuan yang dapat digunakan untuk memberikan
pendidikan dimasa depannya.
1.2.2 Tujuan Khusus
· Untuk
mengetahui pengertian darah dan fungsinya
· Untuk
mengetahui keanekaragaman sistem golongan darah
· Dapat
mengetahui bagaimana kecocokan golongan darah
· Serta
mengetahui bagaimana pewarisannya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Darah
Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda
dengan jaringan tubuh lain, berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu
sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi
transpor berbagai bahan serta fungsi homeostasis.
Penggolongan darah sebagai suatu
jaringan didasarkan atas defenisi jaringan, yaitu sekelompok sel atau beberapa
jenis sel, yang mempunyai bentuk yang sama dan menjalankan fungsi tertentu.
Hanya saja, berbeda dengan jaringan lain, sel – sel yang terdapat dalam darah
dan dinamai sebagai sel – sel darah tidaklah terikat satu sama lain membentuk
suatu struktur yang bernama organ, melainkan berada dalam keadaan suspensi
dalam suatu cairan. Dengan demikian, darah dapat dibagi menjadi dua bagian
besar. Bagian pertama adalah unsur yang berbentuk atau figuratif, yang dapat
dilihat dengan bantuan mikroskop. Bagian kedua adalah unsur tidak berbentuk
atau non-figuratif. Dinamakan demikian karena bagian ini tidak dapat dilihat
secara kasat mata dengan bantuan alat apapun. Kehadiran unsur ini hanya dapat
diketahui secara kimia. Dengan demikian, dapatlah dikatakan, bahwa bagian ini
terdiri atas berbagai bahan yang terlarut didalan cairan darah.
2.1.1
Volume Darah
Volume darah pada orang dewasa sehat
ditentukan oleh jenis kelamin. Volume darah pada laki – laki dewasa adalah 5
liter, sedangkan pada perempuan dewasa agak lebih rendah, yaitu 4,5 liter.
Nilai ini mutlak, karena ditentukan dua hal. Pertama, ada keseimbangan antara
ruang intra pembuluh darah ( ruang intravaskuler) dengan ruang anatarsel.
Meskipun secara anatomis sistem pembuluh darah adalah ruang tertutup bila
dilihat secara mikroskopis, ada celah diantara sel – sel, yang dapat dilalui
cairan. Kedua, nilai tersebut tergantung kepada cara pengukuran. Pengukuran
volume darah umumnya didasarkan atas cara pengenceran. Suatu senyawa yang tidk
diolah oleh sel – sel tubuh dan mudah dikeluarkan melalui kencing setelah
beberapa waktu, disuntikkan dalam jumlah dan konsentrasi tertentu kedalam
pembuluh darah balik. Beberapa menit kemudian, setelah dianggap bahwa senyawa
telah tersebar rata diseluruh ruang pembuluh darah, diambil contoh darah dari
pembuluh balik ditempat yang berbeda. Konsentrasi senyawa tersebut didalam
darah diukur.
2.1.2
Fungsi Darah
Secara umum fungsi darah ialah sebagai
berikut :
1. Alat
transpor makanan, yang diserap dari saluran cerna dan diedarkan keseluruh
tubuh.
2. Alat
transport O2, yang diambil dari paru – paru atau insang untuk dibawa
keseluruh tubuh.
3. Alat
transport bahan buangan dari kejaringan kealat – alat ekskresi seperti paru –
paru (gas), ginjal dan kulit (bahan terlarut dalam air) dan hati untuk
diteruskan keempedu dan saluran cerna sebagai tinja (untuk bahan yang sukar
larut dalam air).
4. Alat
transport antar jaringan dari bahan – bahan yang diperlukan oleh suatu jaringan
lain. Hal ini tampak jelas, misalnya dalam transpor lipoprotein seperti
lipoprotein densitas tinggi.
5. Mempertahankan
keseimbangan keseimbangan dinamis (homeostasis) dalam tubuh, termasuk
didalamnya ialah mempertahankan suhu tubuh, mengatur keseimbangan asam – basa
sehingga pH darah dan cairan tubuh tetap dalam keadaan yang seharusnya.
6. Mempertahankan
tubuh dari agresi benda atau senyawa asing yang umumnya selalu dianggap punya
potensi menimbulkan ancaman.
Dengan
demikian, secara garis besar dapat dikatakan, bahwa fungsi darah ialah sebagai
sarana transpor, alat homeostasis dan alat pertahanan. Ketiga fungsi tersebut dijalankan
dalam berbagai bentuk dan cara.
Selain
itu tugas pokok dari pada darah ialah membantu pernapasan. Darah mengambil zat
asam yang dihisap oleh paru – paru waktu menarik napas. Kemudian membawa dan
membagi – bagikannya keseluruh jaringan tubuh. Zat asam itu diserap oleh
permukaan sel darah merah. Dengan zat asam itu sel – sel tubuh mengubah makanan
menjadi tenaga yang menentukan pertumbuhan dan kegiatan tubuh. Setelah itu
darah mengumpulkan kotoran yang tak berguna lagi bagi tubuh dan membawanya keparu
– paru. Kotoran itu kemudian dibuang keluar waktu menghembuskan nafas.
2.2 Pengertian Golongan Darah
Golongan darah adalah
ciri khusus darah
dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat
dan protein
pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah
yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor
Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain
antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi
darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi
transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal
ginjal, syok, dan kematian.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
- Individu dengan golongan darah A
memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang
dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
- Individu dengan golongan darah B
memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan
antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan
dolongan darah B-negatif atau O-negatif
- Individu dengan golongan darah AB
memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan
antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan
darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO
apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan
darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
- Individu dengan golongan darah O
memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap
antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat
mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut
donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya
dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum
dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia,
golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen
B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B,
golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. Ilmuwan
Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan
Kedokteran
pada tahun 1930
untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.
2.3 Keanekaragaman Sistem Golongan
Darah
Pada
manusia dikenal berbagai macam sistem golongan darah. Yang paling diketahui dan
memiliki arti paling penting adalah sistem golongan darah ABO. Penemuan
keanekaragaman sistem golongan darah ini selanjutnya memacu penemuan sistem
golongan darah lain.
Mengingat
keterbatasan tempat dan juga pertimbangan kepentingannya secara medis, pada
bagian ini tidak akan dibahas semua sistem penggolongan darah yang sekarang
telah diketahui. Uraian akan lebih ditekankan pada sistem golongan darah ABO
dan Rhesus.
a. Sistem
Golongan Darah ABO
Sistem
golongan darah ABO merupakan satu sistem keanekaragaman yang pertama kali
diketahui pada manusia. Dengan teknik imunologis, sistem yang pertama kali
dikemukakan oleh Karl Landsteiner pada awal abad ini ternyata memegang peran
penting dalam kajian keanekaragaman pada manusia. Disamping itu, sebagai
petanda genetik, golongan darah juga sangat penting secara medis, khususnya
dalam transfusi darah.
Sebagai
petanda genetik yang memiliki keanekaragaman, sistem golongan darah ini terdiri
atas fenotip A, B, AB dan O. Masing – masing fenotip ditentukan oleh antigen
golongan darah yang dapat ditemui dipermukaan sel darah merah. Sel darah merah
yang dapat ditemui dipermukaan sel darah merah. Sel darah merah yang mengandung
antigen A menyebabkan timbulnya golongan darah B, antigen A dan B menghasilkan
golongan darah AB, dan tidak adanya antigen menghasilkan golongan darah O.
Yang
menarik dalam sistem golongan darah ini adalah adanya antibodi alami dalam
serum setiap individu. Dala serum individu golongan A terdapat anti B, individu
golongan B terdapat anti A, individu golongan AB tidak terdapat anti apapun dan
individu golongan O terdapat anti A dan anti B.
Pada
dasarnya golongan darah ini dapat ditentukan secara imnologis. Dalam hal ini
golongan A ditentukan dengan adanya aglutinasi pada sel darah merah yang
direaksikan dengan antibodi A. Dengan cara yang sama, golongan darah B
ditentukan berdasarkan adanya aglutinasi dengan antibodi B. Golongan darah AB
ditentukan berdasarkan atas adanya aglutinasi dengan antibodi A dan B serta
yang terakhir golongan darah O yang ditentukan atas tidak adanya aglutinasi
dengan ketiga jenis antibodi.
Ditnjau
dari segi genetiknya, sistem golongan darah ABO diwariskan secara autosom
kedominan. Dengan pewarisan senacam ini ekspresi gena yang terdapat pada
kromosom homolog masing – masing akan menghasilkan protein yang selanjutnya
berperan sebagai penentu golongan darah. Pemeriksaan terhadap antigen sistem
golongan darah ini menunjukkan bahwa gugus penentu antigeniknya adalah gugus
hidrat penentu antigeniknya adalah gugus hidrat arang pada molekul
mukopolisakarida (glikoprotein). Ternyata semua glikoprotein antigen golongan
darah ABO memiliki struktur dasar yang serupa. Perbedaannya hanya terlihat pada
gugus hidrat arang yang ditambahkan pada senyawa prazat (prekursor)nya.
Untuk
menjadi antigen golongan darah tertentu, senyawa prazat mengalami perubahan
bertingkat karena pengaruh produk gena – gena tertentu, yaitu gena H, A, B dan
O. Senyawa prazat yang berupa mukopolisakarida oleh produk gena H akan diubah
menjadi senyawa H ini oleh produk gena A atau B akan diubah menjadi antigen A
atau B dan sebagian senyawa H yang lain tetap tidak mengalami perubahan. Gena O
yang bersifat amorfik tidak mempengaruhi perubahan senyawa H sehingga pada
individu golongan O, antigen H terdapat dalam kadar yang tinggi.
Ekspresi
gena A dan B tampaknya tergantung pada kerja gena H. Kebanyakan individu
bersifat homosigot untuk gena H (HH). Alel gena H, yaitu h, yang bersifat
jarang, menunjukkan gena amorfik sehingga individu bergenotip hh sangat jarang
dijumpai.
b. Sistem
Golongan Darah Rhesus
Disamping
golongan darah ABO, golongan darah Rhesus (Rh) sangat penting dalam transfusi
darah. Hal ini disebabkan karena adanya individu yang memiliki fenotif Rh
positif dan Rh negatif. Darah seseorang digolongkan Rh positif dan Rh negatif
tergantung pada ada tidaknya antigen Rh (antigen D) pada membran sel darah
merahnya. Ada tidaknya antigen D ditentukan dengan uji aglutinasi sel darah
merah menggunakan anti-D.
Semua
individu Rh negatif biasanya tidak mengandung anti-D dan tampaknya tidak ada
senyawa alami yang menyerupai antigen-D, sebab bila individu Rh negatif
memiliki anti-D, ia pernah kemasukan sel darah merah Rh positif. Sel darah
merah Rh positif dapat masuk kedalam sirkulasi individu Rh negatif melalui
beberapa cara. Pertama, transfusi darah dan donor Rh positif kependerita Rh
negatif. Kedua, masuknya sel darah merah Rh positif dari janin melalui tembuni
kesirkulasi darah ibu Rh negatif negatif pada saat melahirkan atau akhir masa
kehamilan. Apapun caranya, masuknya sel darah merah Rh positif kedalam
sirkulasi darah Rh negatif akan merangsang timbulnya anti-D. Yang perlu diingat
adalah bahwa anti-D ini tidak berbahaya bagi sel darah merah individu yang
bersangkutan, tetapi dapat menimbulkan persoalan pada kehamilan atau transfusi.
Selain
antigen D, dalam sistem golongan darah Rhesus ternyata terdapat antigen lain
yaitu antigen C dan E. Antigen – antigen ini ditentukan oleh gena yang terkait
satu sama lain dalam satu kromosom. Alelnya adalah C dan c, dan d serta E dan
e. Alel ini bersifat dapat diwariskan dan berdasarkan teori Fisher-Race,
pewarisannya ditentukan oleh pasangan tiga gena tersebut.
Jenis penggolongan darah lain yang cukup
dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh.
Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini
pada tahun 1940 oleh
Karl
Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah
merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada
permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis
penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah
O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A
lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan
darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena
ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-)
dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal
ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan
karena faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada saat kehamilan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Darah adalah salah stu bagian tubuh yang
paling mendapat perhatian dan penghargaan yang tinggi. Demikian tinggi
penghargaan tersebut, sehingga darah seringkali dihubungkan dengan berbagai hal
yang sebenarnya diluar fungsi darah itu sendiri. Berbagai ungkapan seperti
“darah daging” , “pertalian darah”, tanah tumpah darah”, “darah biru” , “darah
muda”, dan “darah mendidih” yang digunakan dalam percakapan. Hal ini betapa
menunjukkan tingginya nilai darah pada pandangan manusia. Lebih dai itu, acap
kali pula darah tidak hanya digunakan sekedar dalam ungkapan, tetapi secara
nyata untuk mengukuhkan sesuatu yang bersifat sakral. Pada berbagai suku bangsa
yang sederhana, ada upacara yang sedikit melukai tubuh untuk meneteskan darah
sebagai ungkapan prasetnya terhadap nilai atau kesepakatan tertentu, bahkan
menunjukkan kepatuhan yang tidak diragukan lagi kepada seseorang tokoh panutan.
Dipihak lain, darah juga melambangkan semangat hidup dan kemudaan. Hal ini juga
dijumpai tidak hanya dalam sekedar ungkapan, tetapi juga dalam bentuk tindakan.
Dalam pengobatan lama ada tindakan bekam, yaitu melukai kulit untuk
mengeluarkan darah yang dianggap kotor, dalam usaha mengobati penyakit. Bahkan
dalam praktiknya, diabad pertengahan masehi, orang sudah melakukan transfusi
darah untuk tujuan mempermudah (rejuvenilisasi) tubuh. Tidak jarang, untuk
tujuan tersebut nyawa manusia lain dikorbankan.
Darah umumnya dipandang sebagai cairan
tubuh yang kental, berwarna merah dan tidak transparan serta berada dalam suatu
ruang tertutup yang dinamai sebagai sistem pembuluh darah. Uraian yang demikian
tentang darah lebih bersifat deskriptif, yang bersifat menguraikan secara
analitis tetapi ringkas tentang hakikat sesuatu yang didefinisikan tersebut.
Dalam uraian tentang darah tersebut misalnya, tidak terlihat sifat dan fungsi
darah.
Darah, seperti yang telah didefinisikan
dan yang dapat dilihat, adalah suatu cairan tubuh yang kental dan bewarna
merah, kedua sifat utama ini, yaitu warna merah dan kenta, membedakan darah
dari cairan tubuh yang lain. Kekentalan ini disebabkan oleh banyaknya senyawa
dengan berbagai macam berat molekul, dari yang kecil sampai yang besar seperti
protein, yang terlarut dalam darah. Warna merah, yang memberi ciri yang sangat
khas bagi darah, disebabkan oleh adanya senyawa yang berwarna merah dalam sel –
sel darah merah (SDM) yang tersuspensi dalam darah. Dengan adanya senyawa
dengan berbagai macam ukuran molekul yang terlarut tersebut, ditambah dengan
suspensi sel, baik SDM maupun sel – sel
darah yang lain, darah pun menjadi cairan dengan massa jenis dan kekentalan
(viskositas) yang lebih besar dari pada air. Massa jenis darah biasanya antara
1,054 – 1,060. Cairan darah yang telah terpisah dari sel – sel darah, yaitu
plasma atau serum mempunyai massa jenis antara 1,024 – 1,028.
Sedangkan untuk memahami fungsi darah,
kita bandingkan keadaan makhluk bersel satu dengan makhluk bersel banyak
(metazoa). Pada mkhluk bersel satu, baik prokaryot maupun eukaryot, segala
sesuatu yang menyangkut kehidupan sel tersebut harus dilakukan oleh sel itu
sendiri. Demikianlah, makhluk sel tunggal mencari sendiri makanannya, mengolah
sendiri makanan tersebut dan mengeluarkan sendiri hasil olahan yang tidak
diperlukan (ekskreta) kelingkungan. Bila lingkungan sel tersebut tidak
mendukung kehidupan, sel tunggal tersebut harus mengusahakan segala daya, apakh
itu berupa pindah tempat atau melawan ancaman dari lingkungan. Selain itu, sel
tunggal itu pulalah yang bertanggung jawab atas kelestarian diri dan
spesiennya, baik dengan cara pembelahan, pertunasan ataupun dengan cara
konjugasi dengan sel tunggal lain yang sejenis perkawinan.
Sebaliknya, pada makhluk bersel banyak,
betapun sederhana metazoa tersebut sudah ada pembagian kerja atau organisasi.
Pada metazoa, akan selalu ada sel yang tidak dapat secara langsung memperoleh
makanan dari lingkungannya. Demikian pula, tidak semua sel mampu membuang
langsung kedunia luar hasil olahan yang tidak berguna, apalagi berbahaya.
Apabila ada bahaya yang mengancam, semua sel membentuk organisme tersebut harus
secara bersama – sama mengatasinya, misalnya dengan menghindarkan diri dengan
cara berpindah ketempat lain
DAFTAR
PUSTAKA
· Biokimia
darah / H. Mohammad Sadikin. – Jakarta : Widya Medika, 2001.
· Buku
saku ilmu kebidanan / Thomas Rabe ; alih bahasa, Ida Bagus Gde Manuaba, Ida
Bagus Gde Fajar manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba ; editor edisi bahasa
Indonesia, Anna P. Bani, Desy Limanjaya, Natalia Susi. – Jakarta : Hipokrates,
2002.
· Bodmer,
W. F., Cavalli-Sforza, L. L 1978. Genetics, Evolution, and Man. W. H. Freeman
and Company, San Fransisco.
· Burns,
G. W., Buttino, P. J. 1998 the science of genetics. Sixth ed., Macmillan
Publishing Company , New York, Collier Macmillan Publiher.